
Kolak, makanan khas yang selalu ada dalam menu berbuka puasa, menurut
ahli nutrisi ternyata bukanlah makanan sehat untuk dimakan setelah 14 jam
menahan lapar dan haus. Pada acara bincang-bincang Cara Mudah Mengikuti Food
Combining, di Balai Sidang Jakarta, akhir pekan lalu, ahli nutrisi Wied Harry
Apriadji, mengatakan kolak tidak sehat karena mengandung gula dan lemak yang
terlalu tinggi. Kombinasi keduanya membuat alat pencernaan secara tiba-tiba
bekerja berat, setelah sebelumnya beristirahat seharian. Lulusan Institut
Pertanian Bogor itu menyarankan agar mengikuti teladan nabi Muhammad SAW yang
hanya makan kurma dan minum air putih untuk berbuka. Karena meskipun mengandung
yang kadarnya cukup tinggi, dan sama-sama manis seperti kolak, karbohidrat yang
dikandung kurma mudah dicerna.
"Dalam berpuasa yang harus ditekankan nilai spriritualnya. Puasa akan
menjadi percuma kalau kita hanya merubah jam makan yang harusnya siang menjadi
malam," ujar Wied. Menurut Wied, dalam analisa nutrisi, orang yang hanya minum
air putih selama 40 hari tidak akan sakit dan meninggal. Kebutuhan nutrisinya
juga akan terpenuhi.
"Kan kalo berpuasa kita tidak banyak keinginan sehingga nutrisi tidak
banyak terkuras. Saat berpuasa semuanya akan lebih tenang, nutrisi lebih
dihemat," kata konsultan gizi yang juga redaktur sebuah majalah kesehatan itu.
Wied pernah merenarapkan pola makan Food Combining dengan cara mengonsumsi buah
dan sayur secara terpisah, dan porsinya sama dengan asupan karbohidrat serta
protein ke dalam tubuh. Selain itu, protein dan karbohidrat juga tidak dimakan
bersamaan. Cara makan seperti itu dibuat dengan mempertimbangkan lamanya proses
pencernaan dalam tubuh agar nutrisi zat makanan dapat diserap secara sempurna.
Pola makan seperti itu dibuat dengan mempertimbangkan lamanya proses pencernaan
dalam tubuh agar nutrisi zat makanan dapat diserap secara sempurna. Pola makan
semacam itu tetap diterapkan saat menjalankan puasa. Meskipun porsi makan
menjadi lebih sedikit. Namun, dengan penyerapan maksimal, tubuh tetap dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari secara normal.
Kalau minum es belum-belum sudah kenyang
Rasa lapar dan haus saat puasa lebih merupakan efek sesaat yang dapat
diatur. Dengan kata lain, rasa lapar dan haus bukanlah tanda mutlak dari
kebutuhan tubuh akan makanan. Kebutuhan energi, untuk bekerja misalnya, bisa
dipenuhi dengan cadangan energi pada hati, otot, lemak di bawah kulit, dll.
Justru berpuasa merupakan kesempatan memobilisasi timbunan lemak. Puasa juga
mengistirahatkan "mesin pencernaan" selama beberapa jam. Oleh karena itu, puasa
tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak kasus justru
membuat tubuh lebih sehat. Untuk itu diperlukan pengaturan berbuka dan makan
sahur yang benar. Berbuka dan makan sahur tidaklah sekadar memasukkan makanan.
Selama berpuasa, kaar gula dalam darah lebih rendah dibandingkan dengan keadaan
tidak berpuasa. Padahal, gula merupakan sumber tenaga yang segera dapat
digunakan. Gula inilah yang perlu segera diperoleh saat berbuka puasa, tetapi
jangan berlebihan sebab akan mengganggu kenikmatan menyantap menu utama.