Pentingnya RSS untuk blog

Bertahun-tahun yang lalu, seorang teman sibuk sekali dengan perl, membuat script parser untuk mengambil header berita (judul, subjudul, summary, pengirim, tanggal kirim) dari situs-situs favoritnya: bbc, cnn, linux weekly news dll. Yang repot, jika pola situs yang diambil headernya berubah, maka dia juga harus mengubah script parser-nya untuk penyesuaikan. Pada saat itu, mungkin mengambil kepala berita semacam itu adalah hal yang tidak legal, padahal juga tidak mudah melakukannya. Beberapa waktu kemudian, munculah RSS (Really Simple Syndication - RDF Site Summary). RSS adalah sebuah bentuk sindikasi konten (content syndication), yaitu membuat sebagian atau seluruh isi situs tersedia untuk digunakan sebagai layanan situs lain. Sindikasi konten tersebut bisa berupa isi konten itu sendiri ataupun metadata informasi mengenai konten disebut "feed". Umumnya feed tersebut berupa header berita yang terhubung (linked) ke berita di situs penyedianya atau seluruh isi konten langsung tanpa mengikutsertakan desain atau lay-out presentasi seperti situs asalnya. Teknik yang digunakan bisa berupa RSS 0.91, RSS 0.92, RSS 2.0 atau RSS 1.0 yang berbasis RDF. Kode-kode di belakang RSS tersebut sebenarnya tidak mengacu kepada versi-versi yang berurut dalam pengembangannya.Urutan sebenarnya standar RSS 0.91 diikuti oleh RSS 2.0, sedang RSS 0.92 diikuti kemudian oleh RSS 1.0. Mengapa demikian? Sejarah RSS RSS dimulai dari 1995 oleh Ramanathan V. Guha, dikembangkan sebagai Meta Content Framework (MCF). MCF bertujuan mendeskripsikan obyek, atribut-atributnyadan hubungan antara mereka. Berikutnya Tim Bray, salah satu pionir XML, memindahkan MCF kedalam format berbasis XML, disebutnya Resouce Description Framework (RDF). RDF didefiniskan oleh World Wide Web Consortium (W3C) sebagai "a general-purpose language for representing information in the World Wide Web". RDF secara spesifik didesain untuk merepresentasikan metadata dan relasi antar hal, termasuk dasar dari konsep yang disebut Semantic Web. Sejarah perkembangan RSS tak bisa dilepaskan dari keterlibatan raksasa-raksasa software dan internet. Perang browser di era 90-an antara Microsoft dan Netscape, pada saat XML masih belum cukup matang diterima sebagai cara standar untuk memformat data, membuat Microsoft memunculkan konsep Channel Definiton Format (CDF). CDF sudah berbasis XML, dapat mendeskripsikan rating, jadwal, logo dan metadata situs. Diperkenalkan mulai Internet Explorer 4.0, yang kemudian bisa diimplementasikan ke Windows desktop dalam bentuk Active Desktop. Sementara MCF juga sudah lebih jauh lagi dengan XML, menjadi RDF sejak 1999. RSS pertama kali muncul pada Netscape Portal "My Netscape" sebagai RDF Site Summary, dimana user dapat mempersonalisasikan halaman mereka dengan apapun yang bisa didapat dari internet melalui itu, lalu mengaksesnya melalui sebuah file RSS. Draft pertama dari format RSS didesain oleh Dan Libby. Format ini ini menyederhanakan banyak hal dari RDF, bagi pengguna. Format ini kemudian dikenal sebagai RSS 0.91 yang menjadi jah lebih populer daripada RDF. Adalah Dave Winner dari Userland Software yang sangat vokal mengenai hal ini. Bagaimana menyederhanakan format XML yang digunakan. Pada akhirnya RSS 0.91 benar-benar berbeda dari RDF, tapi yang pentign dapat divalidasi oleh XML parser manapun dan menjadi jauh lebih sederhana bagi end-user. Dave berpandangan bahwa RSS harus tetap sederhana, ini kemudian berakibat pada akronim RSS. Akronim ini tidak dibicarakan sebagai kesepakatan RDF ataupun RSS 0.91. Sejauh berfungsi seperti yang diinginkan, akronim tak jadi soal, tetapi untuk RSS 0.91 (dan nantinya RSS 2.0), akronim itu menjadi Really Simple Syndication, tekanannya pada kesederhanaan (simplicity) sindikasi. Sementara itu, tim Netscape tetap berpegang pada RDF,pada akhirnya mengeluarkan standar baru RSS 1.0. RSS 1.0 ini memasukkan XML namespaces dan mengembalikan model RDF sepenuhnya. Beberapa waktu kemudian Dave Winner mengeluarkan RSS 0.92 sebagai alternatif dari RDF. Meski ada dua standar, tetapi umumnya RSS parser dapat digunakan terhadap keduanya (compatible). Jadi pilihannya terserah pada user, jika ingin yang sederhana bisa pakai RSS 0.92, jika ingin yang lebih kaya tapi kompleks dalah RSS 1.0 (RDF). Berikutnya justru karena keinginan untuk menyatukan standar RSS 1.0 dan RSS 0.9x, secara ironis malah menjauhkan standar-standar tersebut. Karena Dave Winner tetap berpegang pada kesederhanaan diatas semuanya, dan mengabaikan nilai kekayaan fitur yang mungkin bisa digali lagi dengan kompleksitas RDF. Selanjutnya munculah RSS 2.0, dirilis pada 16 September 2002 dan dinyatakan sebagai hasil final pembicaraan mengenai standar sindikasi oleh Dave. Aspek Legal RSS Untuk sindikasi hanya ada dua hal, legal atau tidak legal. Jadi jika sebuah situs sudah menyediakan link RSS, maka situs tersebut secara tidak langsung sudah menyatakan bahwa sindikasi konten-nya melalui RSS adalah legal. Jika sebuah situs menginginkan layanan berbayar untuk sindikasi konten, RSS mungkin disediakan dengan prosedur yang lebih rumit, seperti keanggotaan dan secara teknis hanya bisa diakses melalui prosedur teknis yang telah ditentukan penyedia konten. Untuk Indonesia, banyak situs berita terkemuka, belum menyediakan link RSS. Situs-situs berita seperti tempointeraktif, kompas atau detikcom ataupun situs-situs berita stasiun TV juga belum ada yang menyediakan RSS. Sindikasi masih merupakan hal yang mahal di Indonesia atau secara teknis penyedia konten situs belum mengerti tentang soal sindikasi ini. Padahal situs-situs berita internasional seperti CNN, BBC atau Slashdot sudah menyediakan link RSS. Situs-situs resmi pemerintah bahkan amat langka ditemui RSS ini. Jadi RSS hanya populer di kalangan blogger Indonesia, komunitas produsen berita yang aktif dan terbuka. Penggunaan RSS RSS sebenarnya masih terus diamati untuk direvisi pada pegembangan selanjutnya. Ada perbedaan pendekatan yang digunakan oleh dua aliran standar RSS. Maka biasanya situs-situs web menyediakan link-link untuk RSS 0.9x/2.0 dan RSS 1.0 (RDF) sekaligus. Pemanfaatan RSS ini tidak hanya sekedar di dunia internet. RSS bisa diimplementasikan untuk banyak hal mulai dari sindikasi personal di desktop PC, sindikasi jaringan korporasi, komunitas bebas atau portal. Ilustrasi 1: Bayangkan anda mempunyai situs-situs favorit yang bisa anda kunjungi hampir setiap hari, atau bahkan lebih dari sehari anda mengunjunginya untuk membaca berita terbaru. Berapa banyak waktu yang akan anda habiskan hanya untuk mengunjungi sebuah situs, belum lagi, umumnya situs berita di Indonesia, kaya sekali dengan banner iklan (flash, applet, gif animated) di halaman depan. Padahal berita di halaman depan pun hanya secuil, dimana lebih detil mengenai berita tersebu anda bca di halaman dalam situs, dengan sekarung banner iklan lagi. Bukankah jadi lebih hemat, jika pada situs-situs berita tersebut tersedia link RSS Feed? Sehingga anda tinggal memasukkan feed RSS tersebut ke dalam aplikasi personal feeder anda. Selanjutnya anda bisa atur waktu untuk mengambil secara otomatis setiap periode tertentu, etisnya anda boleh mengambil/memeriksa sindikasi berita anda paling cepat 30 menit sekali. Ini akan menghemat waktu dan bandwidth anda, karena tidak harus selalu mengunjungi semua situs-situs favorit anda. Anda cukup memeriksa headline-headline dalam feeder, dan memilih berita mana yang hendak anda baca, dengan langsung mengunjungi link berita tersebut di situs asalnya. Ilustrasi 2: Pada sebuah korporat, dapat disediakan RSS feeder untuk semua user di intranet-nya, sebuah RSS repository atau sebuah agregator. Setiap user dapat membuat personal page yang berisi kumpulan RSS dari situs-situs favoritnya, atau membuat permintaan administrator intranet untuk menambahkan rss situs-situs favoritnya pada agregator. Sekali lagi ini akan lebih menghemat waktu dan bandwidth jaringan intranet kantor yang terhubung ke internet. Jika headline-headline tersebut tidak menarik untuk dibaca, maka kita tidak perlu mengunjungi situs penyedianya. Dan jikalau mengunjungi situs penyedia berita headline yang ingin kita baca, hanya headline yang kita inginkan saja. Kita bisa melewati halaman depan dan mengabaikan headline berita yang tidak perlu dibaca. Perangkat Lunak Sindikasi RSS Jika kita hendak menyediakan RSS feed, itu bukan hal yang sulit lagi dilakukan. Banyak sekali aplikasi CMS (Content Management System) saat ini sudah tersedia dengan plugin RSS feed-nya. Begitu juga dengan blog, baik yang disediakan oleh komunitas blog (friendster, blogspot) ataupun blog yang dibangun sendiri dengan Opensource-CMS untuk itu. Jika mencari RSS Feeder untuk penggunaan personal, banyak sekali ditemukan di freshmeat. Di Linux, RSS feeder bisa menggunakan knewsticker, yaitu applet yang bekerja, menampilkan RSS feed dari berbagai situs yang menyediakannya. Knewsticker adalah applet yang biasa diletakkan bertumpuk dengan taskbar dan menampilan teks RSS seolah seperti marquee pada halaman html. Selain Knewsticker, pada KDE juga tersedia akregator. Akregator berfungsi sebagai agregator pribadi yang terintegrasi dengan desktop KDE dan browser Konqueror. Jadi semua RSS dapat dibuka langsung dengan Konqueror yang dijalankan di dalam akregator sendiri, mendukung tab browsing pula pula. Knewsticker dan Akregator dapat mengorganisasi semua RSS Feed dengan kategorisasi dan pengambilan otomatis (autofeeding) file-file RSS yang ada. Worldwide Web RSS Agregator Saat ini browser-browser modern (IE tidak termasuk), biasanya akan menampilkan informasi adanya RSS jika sedang berkunjung ke situs yang menyediakan RSS Feed. Tapi jika kita ingin mencari RSS pada situs-situs favorit, tanpa harus pergi ke situs tersebut, dapat memeriksanya di Syndic8 dan NewsIsFree. Situs-situs tersebut menyediakan fasilitas pencarian RSS Feed dari situs-situs yang kita inginkan. Hal ini akan jauh lebih mempermudah pencarian fitus RSS untuk agregator pribadi / korporat kita.

0 komentar:

Post a Comment